
BULAN SABIT DI WAJAHMU
Oleh. Febria Hastiningtias
Jangan tanya
mengapa pekat malam sulit teraba
batu lebur terantuk debur
sayap patah dikoyak ranting
atau sebab resah mandanau di kepal tangan
Usah pula
meringsut kisut dalam kelambu
menuip sekam ke wajah ragu
mendulang batu di pucuk kalbu
mengutuk-rutuk dalam bisu :
bakar segala di ujung hisapan luka
dalam perjalanan menuju petang
mengapa bulan sabit bertengger di wajahmu?

AYAH
BUNDA
Oleh. Nyayu Qurnia
Siapa yang mempunyai tangan yang kokoh
itu
Tangan yang selalu menjagaku
Tangan yang tak pernah melepasku
Membimbingku, menunjukan arah ke mana
langit nan biru
Siapa yang menimang siang malam
Menyanyikan lagu sayang dengan riang
Menyenandungkan ketulusan dalam
senyuman
Hati putih nan mengenggam jemari menuju
pelangi
Ayah dan Bundaku tersayang
Menjadi pelita di hati sanubari
Walau ajal akan menjelang
Ananda berjanji senantiasa selalu
berbakti

PENANTIAN
Oleh. Latifah Istikomah
Mentari menyambut pagiku
Membawa angan bersamamu
Senyum hampa kutebarkan
Tuk tutupi kekecewaan
Ribuan bidadari menghampirimu
Adakah kau sambut?
Sedang aku seorang diri
Menantimu di balik waktu


SIMPATI
Oleh. Suci Lestari
Disana
………palestina
Mereka
terkapar tak berdaya
Merintih
kesakitan
Menyiksa
seluruh jiwa tsak bersalah
Begitu
malang nasibmu
Kini
…….
Yang
tersisa hanyalah puir-puir luka
Darah-darah
yang berkucuran membasahi bumi nabi
Mereka
butuh kebebasan
Seperti
kupu-kupu berterbangan kesana kemari
Merek
butuh kasih sayang
Seperti
kangguru menggendog anaknya
Dari
jauh……….
Aku
hanya bisa mengirimkan
Sepegal
doa untuk mu……..
Dan
aku berharap
Semoga
Tuhan slalu mengiringi arah jalanmu

Puisi Wajib Tk. SD
Huu-Jan
Oleh.
Nyayu
Qurnia
Mendung jadi
pembuka hari
Kulihat…
Embusan angin
terbangkan dedaunan
Melayang, jatuh
di ujung daun pintu
Tiba-tiba,
bertiup angan menyebrangi rindu
Menebar senyum
kosong
Menutupi
penyesalan
Lalu, rintik
hujan mulai turun
Basah mencoreng
kegetiran
Mencipta
kegelisahan
Di balik waktu
kucoba berpikir
Bagaimana
hentikan hujan?
Dengan kilat yang
membelah awan, kah?
Namun, hujan kian basah
Kini air telah
mengalir ke laut
Sekarang…
…
menanti munculnya
pelangi
Di sudut bumi
No comments:
Post a Comment